Hari Sabtu, 26 Februari 2022 yang lalu, saya merayakan Hari Ulang Tahun kelahiran yang ke-37. Besoknya Tanggal 27 Februari 2022, saya juga bersama-sama merayakan Ulang Tahun kelalhiran ke-25 adik Elda Naben dan ulang tahun kakak Feni Sesfaot di Kapan. Dan hari ini, Tanggal 01 Maret 2022. Bulan Februari telah pergi dan diganti dengan bulan maret. Bagi saya bulan Februari adalah bulan paling romantic; karena penuh dengan tutur-tutur, kisah-kisah ahaiiiiii,,,,,. Bagi saya, di dalam bulan ini ada nilai-nilai kehidupan yang abadi: ada cinta (14 Februari), ada kehidupan (26 Februari) ada kematian (20 Februari ;Hari Kematian ayah). Melalui refleksi ini, saya hanya sekedar mengenang hari-hari istimewa tersebut dengan tulisan ini. Semoga menjadi pengingat abadi dalam setiap lembaran kenangan yang akan datang.
1. Memaknai Surat Rasul Yakobus 4:13-17
4:13 Jadi sekarang, hai kamu yang berkata: "Hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung", 4:14 sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap. 4:15 Sebenarnya kamu harus berkata: "Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu." 4:16 Tetapi sekarang kamu memegahkan diri dalam congkakmu, dan semua kemegahan yang demikian adalah salah. 4:17 JADI JIKA SEORANG TAHU BAGAIMANA IA HARUS BERBUAT BAIK, TETAPI IA TIDAK MELAKUKANNYA, IA BERDOSA.
Bagi saya pribadi, refleksi dari surat Rasul yakobus ini sangat sarat makna. Yang pertama, setiap kita tidak pernah tahu bagaimana nasib kita ke depan. Apa yang terjadi besok kita tidak pernah tahu. Oleh karena itu, kita harus mempergunakan setiap waktu dan kesempatan dengan sebaik-baiknya. Ada pepatah yang mengatakan: “Setiap manusia memiliki dua hari yang sangat agung dalam hidupnya: yakni hari di mana dia lahir dan hari di saat ia menemukan mengapa ia dilahirkan”. Saya menyadari bahwa, dalam rentang usia yang telah saya alami ini, saya memang belum sampai tingkat memahami misteri terbesar dalam hidup kita: mengapa kita lahir. Bagi saya pertanyaan yang harus saya jawab adalah apa yang harus saya buat dalam kehidupan ini. Maka saya menyambung lagi dengan sebuah nasehat kuno yang mengatakan bahwa “HIDUP ITU PENDEK, YANG PANJANG ADALAH KENANGANNYA. LUPAKAN BERAPA LAMA ANDA HIDUP, DAN MULAILAH BERPIKIR TENTANG APA YANG ANDA BUAT DI SISA WAKTU YANG MASIH DIBERIKAN KEPADAMU”. Pada titik inilah manusia akan menemukan dirinya/hidupnya bermakna atau tidak, hidupnya bermafaat atai tidak. Maka kembali kepada penegasan Surat rasul Yakobus di atas, bahwa “JIKA SEORANG TAHU BAGAIMANA IA HARUS BERBUAT BAIK, TETAPI IA TIDAK MELAKUKANNYA, IA BERDOSA.”
2. Memaknai Tulisan “FIERSA BESARI” dalam karyanya yang sangat nyentrik, ala kids jaman now: “ GARIS WAKTU: SEBUAH PERJALANAN MENGHAPUS LUKA, menuliskan beberapa point tentang perjalanan hidup manusia. Meskipun isinya bertutur tentang perjalanan cinta, tetapi ada beberapa nilai kehidupan yang dapat saya petik dan ambil sebagai pelajaran berharga dalam hidup. Ia menulis beberapa quots dari bukunya: Pada sebuah garis waktu yang merangkak maju, aka nada saatnya kau terluka dan kehilangan pegangan. Yang paling menggiurkan setelahnya adalah berbaring, menikmati kepedihan dan membiarkan garis waktu menyeretmu untuk niat/tidak niat melanjutkan kehidupan. Pada moment ini:bangkit. Hidup takkan menunggu (Hal. 124); Tidak ada yang abadi. Baik bahagia maupun luka. Suatu saat kita akan tiba di titik menertawakan rasa yang dulu sakit atau menangisi rasa yang dulu indah ( Hal. 159). Kedua quots/kata mutiara ini sungguh sangat menggugah sekaligus menggugat hidup saya. Saya menyadari bahwa, dalam perjalanan hidup saya, saya tidak hanya menghapus luka, tapi yang paling berat adalah belum tahu caranya menghentikan air mata yang ditimbulkan oleh luka-luka dalam kehidupan yang silam. Lewat pengalaman luka-luka tersebut saya pun belajar untuk memperbaiki diri dengan berbuat baik. Dan saya menyadari bahwa di sepanjang kenangan, orang hanya akan mengingat siapa kita berdasarkan tiga (3) hal: bagaimana MULUT kita memperlakukan oang lain, apakah kata-kata yang baik atau kata-kata penghakiman, bagaimana HATI kita terhadap orang lain, apakah hati yang murah hati, yang suka memberi maaf ataukah membenci, dan bagaimana TANGAN kita tergerak untuk membantu orang lain ataukah tidak. Dari sini saya sekali lagi belajar dari penulis buku di atas: “Pelajari sebelum berasumsi, dengarkan sebelum memaki, mengerti sebelum menghakimi, rasakan sebelum menyakiti, dan perjuangkan sebelum pergi” (Hal. 133). Dan pada akhirnya: “ BEBERAPA ORANG TINGGAL DALAM HIDUPMU AGAR KAU MENGHARGAI KENANGAN, BEBERAPA ORANG TINGGAL DALAM KENANGAN AGAR KAU MENGHARGAI HIDUPMU”(Hal. 203): untuk ayah yang Tanggal 20 Februari 2022 kemarin sudah 29 Tahun yang lalu telah beralih dari dunia ini (waktu itu saya berusia 8 tahun), mama yang masih hidup dan telah melahirkan saya, jadi pendoa dalam diamnya, kakak, adik. Dan terima kasih untuk semua bentuk perhatian: doa, kehadiran, pemberian dalam bentuk apa saja kepada saya dari para Romo, diakon, Suster, frater, umat, teman-teman angkatan dan seperjuangan, para sahabat kenalan dan siapa saja yang berkendak baik. Dan terlebih doa yang tulus dari para guru dan pegawai, teristimewa yang membuat saya bahagia adalah peserta didik SMPK ST. ALOYSIUS NIKI-NIKI bersama masing-masing wali kelas telah membingkai hari bahagia saya dengan cara yang istimewa dan special.
Tuhan yang akan membalas setiap kebaikan yang telah mengalir kepada saya.
Jadilah yang pertama berkomentar di sini